Qiyamullail di Masjid Al-Azhar ; Sebuah Perjalanan Spiritual Penuh Berkah
(Sumber: Facebook Al-Azhar As-syarif)
Masjid Al-Azhar Kairo, Mesir, bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan menara keilmuan dan spiritualitas Islam yang telah berdiri kokoh lebih dari seribu tahun. Di antara banyak ibadah yang menghiasi tempat suci ini, qiyamullail menjadi salah satu momen paling dinanti, terutama pada sepuluh akhir di bulan Ramadan, ketika malam-malamnya dipenuhi dengan cahaya ketenangan dan ketulusan ibadah.
Saat matahari tenggelam dan langit Kairo berselimut keheningan malam, Masjid Al-Azhar mulai dipadati oleh jamaah dari berbagai penjuru dunia, untuk menunaikan salat Isya. Mereka berdiri dalam saf yang rapat, hati dan pikirannya tertuju hanya kepada Allah.
Setelah salat Isya, qiyamullail diawali dengan salat Tarawih yang dipimpin oleh imam-imam pilihan. Setiap malam, imam bergantian memimpin salat dengan variasi qiraat yang berbeda, menambah kekhusukan dan memperdalam pengalaman spiritual jamaah. Setiap ayat yang dilantunkan menggema di bawah kubah masjid yang megah, membawa ketenangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Subhanallah, begitu bergetar hati ketika salat di Masjid Al-Azhar, seakan-akan dibawa ke masa-masa keemasan Islam yang penuh cahaya keimanan.
Setelah Tarawih dan Witir, suasana ibadah tak lantas mereda. Para jamaah tetap bertahan di dalam masjid, menanti kajian yang diberikan oleh masyaikh Al-Azhar. Kajian ini, yang dikenal dengan nama "قضايا الإسلامية" Qadhaya Islamiyyah, membahas berbagai persoalan keislaman yang relevan bagi jamaah. Para masyaikh dengan penuh hikmah menjelaskan permasalahan umat, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, serta memberikan nasihat yang membimbing hati untuk semakin dekat kepada Allah. Ini menjadi kesempatan langka bagi banyak orang untuk belajar langsung dari ulama-ulama besar yang memiliki kedalaman ilmu dan pengalaman dalam membimbing umat.
Semakin malam, suasana Masjid Al-Azhar semakin syahdu. Jamaah yang masih bertahan mempersiapkan diri untuk salat tahajud. Dalam rakaat-rakaat yang panjang, mereka mencurahkan segala harapan, kegelisahan, dan doa-doa mereka kepada Allah. Setiap sujud terasa begitu dalam, begitu dekat dengan Sang Pencipta, seolah-olah dunia sejenak menghilang dan yang tersisa hanyalah hubungan murni antara hamba dan Rabb-nya.
Usai salat, ada jamaah yang larut dalam dzikir, munajat, dan membaca Al Qur’an. Sementara jamaah lainnya saling bertegur sapa sambil menyantap makanan yang dibagikan, guna menciptakan suasana kebersamaan yang begitu hangat.
Di saat salat sedang berlangsung, panitia Masjid Al-Azhar dengan sigap membagikan makanan (syawarma) kepada para jamaah. Makanan yang disajikan begitu luar biasa, tidak ada yang merasa kekurangan, karena keberkahan begitu terasa di setiap hidangan yang dibagikan. Jamaah menikmati makanan dengan penuh syukur, berbagi cerita dengan saudara seiman dari berbagai negara, menciptakan kenangan yang akan selalu mereka kenang seumur hidup.
Qiyamullail di Masjid Al-Azhar bukan sekadar ibadah malam, melainkan perjalanan spiritual yang mendekatkan jiwa kepada Sang Pencipta. Dalam keheningan malam yang disinari cahaya keberkahan, setiap rakaat menjadi penghubung antara hamba dan Tuhannya, menjadikan pengalaman ini begitu berharga dan sulit dilupakan. Bagi siapa pun yang pernah menghabiskan malam-malamnya di sini, qiyamullail di Masjid Al-Azhar akan selalu menjadi pengalaman yang dirindukan, membawa hati untuk selalu kembali pada-Nya dalam setiap sujud yang penuh keikhlasan.
*Penulis merupakan Mahasiwa tingkat II fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo.
Editor : Hafizul Aziz
Posting Komentar