Tradisi Unik Masyarakat Aceh di Bulan Rajab
Oleh: Taufiqurrahman Samsul Qamal*
Sumber: Kumparan.com |
Bulan rajab adalah salah satu bulan dalam kalender
Hijriah. Bagi masyarakat Aceh bulan ini sering disebut dengan Buleun Khanduri
Apam. Dikarenakan masyarakat Aceh memiliki tradisi unik dalam penyambutan
bulan ini, sekaligus memperingati Isra’ Mikraj. Yaitu dengan mengadakan Khanduri
Apam. ‘apam’ berupa sejenis makanan yang mirip dengan serabi. Tradisi ini
sudah berlangsung semenjak zaman Kesultanan Aceh.
Dulu, tradisi ini paling populer di Kabupaten
Pidie. Mungkin karena itu pula; sangat terkenal bagi orang luar kabupaten lain
menyebutnya “Apam Pidie.” Selain di Pidie, beberapa kabupaten di Aceh
lainnya juga dikenal dengan tradisi ini, walaupun dengan tatacara yang berbeda.
Kegiatan membuat apam ini adakalanya
dilakukan di rumah bersama sanak keluarga, tetangga bahkan juga dilakukan oleh
kaum ibu-ibu di gampoeng (desa). Mereka beramai-ramai pergi ke meunasah
(read; mushala) atau di tempat yang telah ditentukan oleh kepala desa untuk melakukan
kegiatan ini bersama. Bukan hanya di desa, kegiatan têt apam (memasak
apam) kerap juga dilakukan di sekolah, pondok pesantren bahkan di instansi
pemerintahan.
Untuk bahan pembuatannya terdiri dari campuran tepung beras, santan, air putih, garam dan gula pasir. Pertama-tama tepung, gula, dan garam diaduk dalam keadaan kering, setelah itu baru dicampur dengan santan dan air putih secukupnya hingga membentuk adonan yang siap dicetak. Biasanya dimasak di atas arang dengan menggunakan beulangong tanoh (tembikar tanah) yang didalamnya dimasukkan sedikit garam kemudian digosok-gosok dengan sabut kelapa, agar adonan apam tidak lengket dan hambar ketika dimakan. Apam yang dianggap bagus bila permukaannya berlobang-lobang serta bagian bawahnya sedikit kecoklatan.
Sumber: Aceh Tourism Travel |
Apam biasanya dihidangkan dengan kuah tuhe yang terbuat dari
santan dan disajikan dengan tambahan nangka, pisang dan gula secukupnya. Atau bagi
yang tidak menyukai kuah tersebut, apam bisa juga disantap dengan
parutan kelapa yang dicampur gula, sesuai dengan selera masing-masing. Bahkan,
apam juga bisa dikonsumi tanpa dicampur dengan tambahan apapun. Apam kosong, (seungo
apam), bagi masyrakat dari kabupaten Aceh Besar menyebutnya “Apam Beb.”
Selain dimakan langsung, apam kerap dimakan dengan cara direndam beberapa lama
ke dalam kuahnya sebelum dimakan. Cara demikian, orang menyebutnya “Apam
Teuth’op.” Setelah semua kuahnya habis diseruput, barulah apam itu enak
disantap.
Walau berbeda cara saat penyajian dan mengonsumsinya, masyrakat Aceh
tetap bersemangat dalam merayakan bulan rajab dengan tradisi toet apam. Melalui
kegiatan ini pula ikatan antar warga dan sanak saudara semakin kuat.
Ketika membicarakan khanduri apam,
ingin rasanya segera menyantap kue tradisional khas Aceh ini. Apalagi bagi anak
rantau yang mungkin tidak bisa bergabung langsung dengan sanak keluarga dan
saudara serta menikmati langsung tradisi masak apam ini. Akan tetapi, suguhan
apam tidak akan pernah bisa dilupakan selain rasanya yang enak dan gurih, juga momentumnya
yang menghangatkan dengan berkumpul bersama.
Beginilah tradisi unik yang dilakukan
masyarakat Aceh dalam Bulan Rajab. Semoga Khanduri apam ini terus
dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda Aceh. Guna untuk
melanjutkan tradisi yang telah diwarisi dan dijaga oleh orang tua kita hingga
waktu sekarang ini.
*Penulis merupakan mahasiswa fakultas Syariah Islamiyyah di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.
Editor: Muhammas Asyraf Abdullah
Posting Komentar