Melihat Kembali Tujuan Penciptaan Alam
Oleh: Muhammad Asruri*
Tujuan penciptaan alam semesta adalah beribadah. Maka hikmah penciptaan seorang insan adalah untuk mengesakan Allah, agar insan merasakan manisnya beribadah kepada Allah. sebagaimana Allah berfirman:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
"Aku mencipatakan jin dan manusia guna beribadah padaku".
Dalam konteks ini, bersebrangan dengan nukilan-nukilan yang mengatakan bahwa Allah Swt. Menciptakan alam semesta karena nabi Muhammad Saw. Sedang dalam Al-Quran jelas bahwa tujuan Allah ciptakan alam semesta ini adalah untuk beribadah pada-Nya.
Apabila dikaji lebih dalam lagi terkait tujuan penciptaan ini, kita akan mendapati dua konsep bahasa yang berbeda. Yang pertama menitikberatkan sebab penciptaan dengan alasan tersendiri, dan yang satu lagi lebih berfokus kepada tujuan/hikmah penciptaan yang bertujuan (poin yang kedua) ditentang kuat oleh argumen-argumen yang tidak percaya kenabian Muhammad.
Salah satu dari empat kelompok yang menentang nubuwwah yaitu mereka yang berpendapat, "Jikalau tujuan penciptaan adalah ibadah, maka itu hanyalah sia-sia. Karena ibadah yang dilakukan insan tidak ada faedahnya untuk Allah dan tidak ada faedahnya untuk diri insan sendiri".
Hal yang demikian merupakan bentuk tafrith (kelalaian) terhadap rahasia-rahasia syariat Allah. Andaikata mereka sedikit memakai akal untuk melihat apa rahasia di balik disyariatkannya shalat misalnya, maka akan didapati hikmah-hikmah yang membawanya sampai pada derajat tinggi kebaikan dunia dan akhirat. Sebab apalah guna ganjaran dan pahala bagi yang meninggalkan dan yang melaksanakan jika shalat tidak ada gunanya sama sekali. Untuk siapa surga dan neraka yang mana keduanya diperoleh dengan ketaatan dan kebatilan. Sedang salah satu bentuk ketaatan adalah ibadah. Ujaran-ujaran yang demikian itu sebenarnya hanyalah alasan bagi orang yang enggan melaksanakan.
Imam Ahmad membenarkan apa yang disebutkan oleh Al-Hakim amirul mukminin pemimpin hadis shahib mustadrak, bahwa tatkala nabi Adam as. keluar dari surga, nabi Adam as. berkata pada Allah:
إني أتوسل إليك بمحمد اغفرلي
"Ya Allah,sesungguhnya aku berperantara padamu melalui Muhammad, ampunilah aku."
Allah berkata :
وما أدرك يا آدم بمحمد؟
"Adam, tahukah siapa itu Muhammad?"
Adam menjawab :
ياربنا،وجدتك كأنك قد قرنت اسمه باسمك على قوائم العرش فعرفت أنه أحب الخلق إليك
"Ya tuhanku, seolah-olah aku telah melihat engkau telah membersamai namanya dengan nama-Mu di tiang arasy, maka aku tahu dia adalah makhluk yang paling engkau cintai".
Hingga akhirnya Allah berkata:
ياآدم لولا محمد ما خلقتك.
"Wahai Adam, kalaulah bukan karena Muhammad maka Aku tidak akan menciptakan kamu."
Dakta.com |
Di tiang Arasy tertulis sebuah kalimat yang kebenarannya absolut dan bahkan menjadi mifathul qulub, menjadi sandi pembuka agar berstatus Islam. kalimat itu merupakan kalimat terbaik dalam sejarah manusia serta menjadi titik akhir pencapaian dimana nabi mengatakan apabila kalimat itu terucap di akhir hayat maka akan masuk surga.
Dua kalimat syahadat inilah menjadi tiang tinggi pengokoh keimanan seseorang. Andaikata seorang insan mengatakannya dan percaya dua kalimat tersebut, maka seluruh syariat Islam mudah untuk dilaksanakan, sebab bukan lagi berstatus sebagai penghamba, melainkan sebagai pecinta, sudah selayaknya pecinta patuh pada yang dicintai.
Dari situlah Imam Ahmad berpendapat boleh bersumpah atas nama nabi dan itu sah. Sebab nama beliau merupakan salah satu dua rukun syahadat.
Rasul berkata :
بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمد رسول الله
"Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah"
Di sini bukan artian menyamakan kedudukan nabi dan Allah, karena bersama bukan berarti sama, disitu hanya menunjukkan kesamaan hukum. Karena itu dua kalimat tauhid bukanlah bagian dari perkara syirik. Namun, itu diizinkan bahkan diperintahkan oleh Allah.
Di sisi lain, kita bisa berdalil dari hadis nabi Adam as. bahwa bertawassul itu boleh atas nama tidak mensyirikkan Allah. Sesuai dengan kaidah ushul yang kita yakini.
شرع من قبلنا شرع لنا مالم ينسخ
"Syariat sebelum kita adalah syariat (pula) bagi kita, selama ia belum dihapus (nasakh)."
Karena, syariat dahulu juga menjadi syariat sekarang selama belum dihapuskan. Tentunya berdalil dengan kaidah ini tidak dari satu hal saja. Kaidah ini juga dipakai sebagai dalil ijarah dalam bab fikih muamalah, dimana kisah nabi Musa as. menjadi dalil hukum bolehnya ijarah.
Lalu kenapa Allah berkata bahwasanya diciptakannya alam semesta ini karena Nabi Muhammad? Berarti ada wujud kesamaan dengan hawadis (hal-hal baharu) dimana sama-sama punya "karena" di balik sesuatu. Allah menciptakan sesuatu tanpa ada illah (karena), sebab Allah merupakan musabbibul asbab. Shahibul Shawi telah menjelaskan tidak adanya illah bagi perbuatan Allah. Hanya saja dalam teks tersebut bermakna "sebab", dengan alasan Allah meridhai nabi menjadi manusia sempurna, menjadi manusia pertama yang beribadah. Allah menyuruh nabi untuk menentang lawan-lawan yang tidak percaya ketuhanan Allah dan kenabian Muhammad.
Allah menjadikan beliau sebagai contoh yang diikuti, menjadikannya orang yang merealisasikan tujuan alam semesta berupa ibadah. Allah mengharuskannya shalat malam, dan lain sebagainya. Sejak zaman azali, Allah mengetahui hal itu sanggup dilaksanakan oleh Nabi Muhammad, dengan segala perilakunya dalam ketaatan, ibadah, patuh, tunduk, cinta, taufik, serta hidayah umat yang semuanya ada pada beliau.
Sehingga Allah percayakan beliau untuk berkata:
قل إنما أنا بشر مثلكم يوحى إلي
"Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia sama seperti kamu yang menerima wahyu."
Allah juga percayakan beliau berkata:
أنا سيد ولد آدم ولا فخر علي
"Aku adalah pemimpin anak cucu Adam dan (aku mengatakannya) bukan bermaksud sombong."
Semua ini disebutkan dalam Al-Quran dan Hadis untuk menguatkan makna tadi yaitu:
لولاك لولاك يا محمد ما خلقت الأفلاك
"Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini."
Allah tahu sejak zaman azali dengan ilmu-Nya, bahwa andaikata tidak akan ada satupun makhluk yang bisa memenuhi kehendak Allah, maka apaalah tujuan diciptakannya makhluk. Namun, justru Allah tahu Nabi Muhammad sanggup mengarahkan umat menempuh jalan menuju Tuhannya serta menjadi suri tauladan dalam ibadah dan muamalah, maka sampailah tujuan Allah menciptakan alam semesta ini dan benarlah perkataan:
خلقت الكون لأجل سيدنا محمد
"Diciptakannya alam semesta karena nabi Muhammad."
Karena nabi Muhammad sanggup menyampaikan risalah, saksi paling sempurna, pemimpin terbesar yang kita lihat dan dengar kemudian kita ikuti dalam ibadah pada Allah. Maka diciptakan alam ini sebab Nabi Muhammad Saw. Dari situ jelas bahwa, bukan menyatakan illah melainkan satu dari sekian sebab yang mampu dicapai logika berdasarkan dalil Al-Quran dan hadis. Maka, tertunailah tujuan agar kita betul beribadah seperti kehendak Allah dimana hal tersebut adalah tujuan diciptakannya alam semesta ini.
*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Syariah Islamiyyah universitas Al-Azhar Kairo.
Editor: Ali Akbar Alfata
Posting Komentar