Al-Quran dan Mukjizat Ilmiahnya
Oleh: Alvia Hasli Ramadan*
Sumber: Unsplash.com |
Firman Allah ta’ala ini bukan hanya memiliki kehebatan dari segi bahasa. Namun, ia mencakup segenap aspek kehidupan. Banyak peneliti-peneliti bermunculan untuk mengungkap kebenaran Al-Quran serta isi yang ada di dalamnya, bahkan peniliti modern pun mengakui kebenaran isi Al-Quran dengan berbagai penemuan ilmiah.
Di antara fakta ilmiah Al-Quran adalah manusia sendiri. Allah Swt. telah berfirman sekitar 15 abad lalu tentang penciptaan manusia, salah satunya terdapat dalam surat As-sajadah:7 yang berisi penciptaan manusia pertama.
“Yang membuat segala sesuatu, Dia yang menciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”
Bahkan lebih dari itu, Allah telah menjelaskan secara rinci penciptaan manusia dalam surat Al-Hajj: 5 yang berbunyi:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim,, apa yang kami hendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang di wafatkan dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi satupu yang dahulunya dia ketahui. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.”
Dari ayat diatas dapat kita lihat bahwa proses penciptan manusia memiliki 5 fase, diantanya:
1. Fase turaab (tanah)
Proses penciptan manusia diawali dari unsur tanah (turaab), dapat kita lihat bahwa manusia memiliki unsur-unsur yang memang terdapat di dalam tanah seperti zat-zat karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, phosphor, kalsium, dan lain sebagainya.
2. Fase nuthfah
Proses penciptan manusia setelah fase tanah adalah fase nuthfah (mani), dalam fase ini nuthfah dibagi menjadi tiga macam, yaitu nuthfah laki-laki (sperma), nuthfah perempuan (ovum), nuthfah amsaj (mani yang dicampur).
Menurut ilmu biologi, manusia terjadi melalui proses ovulasi yaitu terlepasnya ovum dari ovarium karena sudah masak dan proses penetrasi sperma yang akan menjadi benih serta disimpan di dalam rahim.
3. Fase ‘alaqah (segumpal darah)
Setelah melewati fase kedua, proses penciptan manusia memasuki fase ‘alaqah (segumpal darah). Menurut ahli biologi embrio, ia merupakan yang memasuki 8-23 hari menempel di endrometrium pada uterus dan mulai mengalami proses internal seperti pembentukan darah.
4. Fase mudghah (segumpal daging)
Kemudian, setelah melewati fase ‘alaqah (segumpal darah) embrio akan menjadi mudghah (segumpal daging), sesuai pernyataan ahli biologi, bahwa embrio yang berusia 24-25 hari akan membentuk seperti gumpalan daging.
5. Fase mudghah (tulang dan daging)
Di fase ini, merupakan fase pembentukan tulang dan daging (mudghah) yang akan menjadi cabang bayi. Pertama tulang membentuk kartaligo (tulang rawan) dan otot (daging) untuk menyelimutinya dari mesodermal somatik.
Sesuai dengan fase-fase di atas, Alquran juga mematahkan teori seorang ilmuan Britania yaitu Darwin melalui teori evolusinya yang mengatakan bahwa asal usul manusia adalah kera. Di antara fakta ilmiah Al-Quran lainnya adalah penyerbukan tumbuh-tumbuhan melalui angin. Banyak manusia mengeluh dengan angin kencang, bahkan banyak diantara mereka yang mengutuk angin dan menganggapnya bencana. Namun, lihatlah kekuasaan Allah Swt. yang tidak menciptakan suatu apapun kecuali ada manfaatnya.
Allah swt berfirman dalam alquran surat Al-Hijr: 22
“Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
Ayat diatas menjelaskan angin mempunyai peran penting dalam proses penyerbukan sari tumbuhan. Penyerbukan sendiri adalah proses jatuhnya serbuk sari kepermukaan putik, penyerbukan ini adalah proses penting dalam reproduksi tumbuhan berbiji.
Sumber: Unsplash.com |
Diantara fakta ilmiah Al-Quran lainnya juga adalah laut yang saling bertemu tetapi tidak bercampur, sesuai dengan surat Ar-Rahman:19-20 yang mengatakan:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing”
Menurut ilmu fisika, fenomena air laut yang tidak bercampur tersebut dinamakan “tegangan permukaan”. Ia menyebabkan air laut keduanya tidak bersatu karena perbedaan karakteristik seperti massa jenis, suhu, dan kandungan garam, seolah-olah antara keduanya mempunyai batasan.
Tak hanya itu, Allah Swt. memerintahkan manusia untuk menjaga ekosistem alam. Di antara nya adalah menjaga gunung, kita dapat melihat fenomena banjir di beberapa daerah, hal tersebut disebabkan karena sebagian gunung-gunung dan tumbuhan telah dihancurkan atau ditebang. Padahal fungsi gunung sendiri adalah menyimpan air di celah-celah bebatuan dan tumbuhan ketika hujan deras. Gunung juga menyimpan banyak kekayaan seperti batu bara, besi, perak, emas dan lain-lain.
Jika ekosistem hutan dirusak, maka banyak kemungkinan bencana alam akan terjadi seperti longsor dan banjir. Sesuai firman Allah swt menjelaskan dalam Al-Quran surah Al Anbiya:31
"Dan kami jadikan bumi itu gunung-gunung yang kokoh supaya ia tidak goncang bersama mereka, dan kami telah jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.”
Dalam studi Islam, mereka juga mempelajari salah satu bidang ilmu yaitu Ulumul Quran (ilmu-ilmu Quran) , dianta sub judulnya adalah Al-Mubhamat (kalimat yang disamarkan dalam Quran). Di dalamnya dijelaskan beberapa kalimat Al-Quran yang seperti samar atau tidak ditentukan siapa atau apa yang dimaksudkan di dalam suatu ayat Al-Quran, di antaranya adalah ayat berikut:
” Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat (terendah) …”
Pada tahun 615 Masehi, terjadi pertempuran antara bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstatinopel dengan Persia di daerah antara Palestina dan Syiria. Pada saat itu, pasukan Persia memenangkan pertempuran tersebut. Pada saat itu pula, ayat ini turun menjanjikan kemenangan bangsa Romawi.
Mendengar kekalahan bangsa Romawi, kaum Musyrikin makin menjadi-jadi ingin menghancurkan agama Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw. karena mereka sama-sama menyembah berhala. Hal tersebut memaksa kaum muslim mengungsi dan meninggalkan kediaman mereka.
Tentu pada saat itu, manusia bertanya-tanya kenapa Alquran mengatakan bangsa Romawi adalah pemenang sedangkan kenyataan mengatakan hal yang berbeda. Di tahun 622 Masehi, kembali terjadi peperangan antara bangsa Romawi dan Persia. Namun, kali ini bangsa Romawi berhasil memenangkan pertempuran sesuai janji Allah Swt. dalam ayat tersebut.
Disebutkan juga dalam surat Ar-Rum kemengan bangsa Romawi terjadi di negeri terendah. Kata “adna” dalam ayat, bisa berarti terendah atau terdekat. Ahli sejarah mengatakan kekalahan bangsa Romawi terjadi antara Syiria, Palestina atau Jordan.
Pada abad 20 Masehi, terbukti secara ilmiah antara Syiria, Palestina dan Jordan terdapat laut mati (dead sea), memiliki ketinggian 417,5 meter dari permukaan laut serta merupakan lapisan terendah di permukaan bumi.
Ayat ini telah diturunkan sekitar 15 abad lalu. Namun, mukjizat ilmianya baru ditemukan oleh peneliti pada zaman ini. Begitulah keagungan Al-Quran, menunjukan kebenaran yang datangnya dari Tuhan semesta alam. Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat An-Nisa:82 yang berbunyi:
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al- Quran? Sekiranya (Al- Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.[]
*Penulis merupakan mahasiswi tingkat dua fakultas Ushuluddin universitas Al-Azhar Mesir.
Editor: Ali Akbar Alfata
Posting Komentar