Online Shop
Oleh: Marlina Sukmawati*
(Image source: pexels) |
Tet.. tet.. Suara bel berbunyi.
"Paket..."
Aku keluar membukakan pintu, paket olshop Kak Uni tiba. Aku
menerima paketnya dan pergi.
Zaman sekarang segala hal terasa mudah berkat teknologi.
Salah satunya berjualan. Kita gak perlu harus menyewa lapak di pasar, membuka
toko pagi-pagi atau menunggu di hari kamis. Cukup layangkan iklan di setiap
akun sosial media yang kita miliki para pelanggan pasti berorderan. Dan jangan
lupa, si penjual harus cerdas memilih barang yang banyak diminati.
Jualan online memang sangat praktis. Lebih hemat tenaga.
Lebih sedikit melakukan gerak badan daripada melakukan gerak jari. Sembari rebahan
di atas kasur, Kak Uni bisa menghasilkan uang sampai jutaan rupiah. Kapan lagi
sambil rebahan menghasilkan pundi-pundi?
"Paket udah datang ya, Sis, Bun. Silahkan yang punya
orderan di saya boleh ambil kerumah dari jam 8 ini, saya ada di rumah kok,
sampe sore. Bagi reseller saya, ditunggu sampe besok ya untuk transfer-annya.
Terimakasih" Tulis Kak Uni di wall sosial medianya.
Hari-hari insta story Kak Uni dipenuhi dengan promosi barang
dagangan. Mulai dari gamis, tunik, kerudung, tas, sepatu, alat rumah tangga,
pernak-pernik, make up, skincare, dll. Banyak deh pokoknya! Semua diborong. Tak
ketinggalan chat orderan, testimoni pelanggan dan bukti transferan.
Aku termasuk orang yang suka mantengin kegiatan orang
lain di story, tapi kalau story Kak Uni aku nyerah deh! Banyak banget, isinya
jualan semua; itu namanya kerja keras.
"Assalamu'alaikum" seseorang datang mengetuk pintu
rumah .
"Wa'alaikumussalam, ada yang bisa saya bantu, Kak?"
Tak salah lagi, setiap ada yang mengetuk pintu, kalau tidak tukang paket pasti
pelanggan Kak Uni.
"Kak Uni ada, Dek? Kayaknya barang kakak bukan yang ini,
mungkin kemaren Kak Uni salah kasih." Jelasnya singkat sambil menunjukan
sepatu yang ia tenteng.
"Bentar, Kak. Saya panggilkan Kak Uni nya dulu,"
Tak jarang satu dua orang datang ke rumah, komplain barang
yang mereka terima ternyata tak sesuai kriteria. Kebesaran nomorlah, salah warna,
beda ukuran, kancingnya ada yang jatuh satu atau barang yang datang ternyata bahannya
tak sesuai keinginan.
Nah, kalau ada masalah seperti di atas maka Kak Uni harus
siap ganti rugi. Karna sebelum para customer membayar uang Kak Unilah yang
digunakan sebagai modal. Berarti kalau barang yang datang bermasalah Kak Uni
harus siap mengambil resiko sebagai distributor.
"Kak, kok mau sih jualan online? Kalau ada barang yang
cacat, kan gak bisa dikembalikan. Jatuhnya kan kakak yang dirugikan."
Sebagai adik aku gak mau kakakku rugi.
"Ya memang begitu aturannya. Makanya ketika memesan
barang perhatikan rating tokonya, baca komentar-komentar konsumen yang tertera,
cek gambar dan bahannya biar gak asal-asalan," terang Kak Uni.
Lah yang barusan dirugikan siapa, ketusku dalam hati.
"Kakak juga gak sering kok dikembalikan, mungkin karna
minggu ini barang yang kakak pesan banyak dan random. Wajar kan, kalau satu dua
barang ada yang gak sesuai." Tambah Kak Uni sambil tangannya sibuk memilah
paket.
"Kakak gapapa gitu, kalau misalnya ada yang order terus
gak jadi beli?" Tanyaku penasaran.
"Ya kalau salahnya di kita, kita harus tanggung jawab.
Tapi kalau pesanan mereka udah datang dan tepat, ya mereka yang harus tanggung
jawab".
Biasanya kalau ada yang order barang terus katanya gak jadi,
alasannya seringkali karena uangnya udah kepake. Karna memang jangka
waktu dari hari pemesanan sama barangnya datang kurang lebih semingguan.
"Tolong ya Sis, yang belum transfer boleh di transfer
sekarang, karna saya juga butuh modal. Atau mau COD juga boleh kita jabanin.
Tulis Kak Uni di snap WhatsApp miliknya.
Kelihatan wajahnya emosi, aku gak tau sih permasalahan apa
yang paling serius di muka bumi ini selain permasalahan hutang. Orang bisa
dengan mudahnya berhutang dan membesarkan muka ketika ditagih. Paling herannya mereka
masih bisa santai belanja, jalan dan senang-senang diatas keluhan orang lain.
Apa gak emosi!
Kadang ikut ngebatin gitu dalam hati kenapa Kak Uni masih
bersinergi menekuni bisnis online shop ini. Padahal sering dihutangi, barangnya
dikembalikan, dan beberapa kali sempat dirugikan.
Pastinya ada yang belum aku pahami dari seluk-beluk online
shop ini. Tapi simpelnya begini; daripada gak ada kerjaan, paket data habis
cuma-cuma, lumayan sosial media bisa dimanfaatkan buat hal yang lebih berguna
dan banyak mendatangkan manfaat. Bermain sambil berpenghasilan.
"Namanya berdagang kita gak selalu diuntungkan, dek.
Pasti ada merosot nya. Kadang dirugikan, atau konsumen pindah haluan. Tapi
yakinlah bukan kita yang menjemput rezeki. Rezekilah yang mendatangi
pemiliknya." Kak Uni memahamkan.
"Kita buka orderan ya Sist, sampe nanti malam.
Silahkan dipesan barang kebutuhannya. Soalnya jam 9 malam kita mau check
out" update story barunya, tak jera diringi iklan barang baru.
"Perasaan baru kemarin ngomong orang-orang pada belum
bayar hutang, sekarang malah buka orderan lagi." balasku untuk update-an
barunya.
Kalau kamu berpikir jualan online itu mudah, berarti kamu
baru jualan sehari. Tapi kalau kamu berpikir jualan online itu pintu rezeki,
berarti kamu udah ngerasain ingin resign dan berhenti.[]
*Penulis merupakan mahasiswi Jurusan Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar
Posting Komentar