Upaya Menghentikan Kebiasaan Salah Titik Koma
Oleh : Muhammad Mutawalli Taqiyuddin*
Judul buku : REUSAM (Rujukan Menulis Media KMA)
Pengarang : Tim Penyusun (As’adi Muhammad, Muhibussabri Hamid, Husni Nazir, Khalid Muddatstsir, Mawaddah, Nasruddin, Adlina, Nani Hidayati, Yasmin Thahira)
Tebal : 150 halaman
Penerbit : KMA Press
Tahun Terbit : 2015
Ilmu pengetahuan yang selama ini masih bertahan dan lestari sampai sekarang tak lain karena masih berjalannya budaya tulis-menulis. Menulis adalah pekerjaan mulia, ulama terdahulu namanya selalu dikenang karena produktifitasnya melestarikan ilmu pengetahuan di atas lembaran kertas. Hingga saat ini atas rahmat Allah Swt. budaya ini masih terus berjalan.
Dalam dunia tulis menulis khususnya berbahasa Indonesia, perlu adanya kaedah-kaedah yang sudah ditentukan atau lebih dikenal dengan Kaedah Yang Disempurnakan (EYD). Terkadang kaedah-kaedah ini malah tidak diikuti bahkan diabaikan oleh mereka yang bergelut dalam dunia kepenulisan. Buktinya ada saja penulis yang masih salah dalam hal kaedah penulisan bahkan sampai pada hal titik koma pun masih bermasalah.
Dalam dunia tulis menulis khususnya berbahasa Indonesia, perlu adanya kaedah-kaedah yang sudah ditentukan atau lebih dikenal dengan Kaedah Yang Disempurnakan (EYD). Terkadang kaedah-kaedah ini malah tidak diikuti bahkan diabaikan oleh mereka yang bergelut dalam dunia kepenulisan. Buktinya ada saja penulis yang masih salah dalam hal kaedah penulisan bahkan sampai pada hal titik koma pun masih bermasalah.
Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir merupakan salah satu kekeluargaan yang beranggotakan seluruh masyarakat Aceh yang ada di Mesir. Dalam hal ini, KMA sangat memperhatikan dunia kepenulisan. Buktinya adalah dengan lahirnya buletin el-Asyi, terbentuknya website KMA hingga diselenggarakannya Sekolah Menulis KMA yang sampai saat ini sudah ada 8 generasi. Buku REUSAM hadir sebagai pedoman menulis untuk semua media tersebut.
Terbitnya buku REUSAM pula sebagai ajakan tersirat agar seluruh warga KMA terjun serta memperhatikan dunia kepenulisan. Untuk memaksimalkan mesin-mesin pengetahuan dalam kemampuan tulis-menulis tersebut di KMA, maka dipilihlah REUSAM sebagai panduan. Untuk penamaan, REUSAM sendiri diambil dari bahasa Arab, yaitu Ar-Rusum bentuk jama’ dari Ar-Rasm. Dalam tatanan bahasa Aceh, REUSAM memiliki makna keprotokolan. Dapat disimpulkan bahwa maksud judul buku ini adalah sebagai aturan protokolan kepenulisan media KMA.
Kelebihan dari buku REUSAM adalah bahasanya yang mudah dipahami semua kalangan terutama pelajar. Jika dibandingkan, buku ini tidak kalah ilmiah dengan buku-buku Bahasa Indonesia untuk setingkat SMA. Bahkan ada buku bidang studi Bahasa Indonesia yang menggunakan bahasa lebih rumit dari buku REUSAM.
Maka dari itu buku ini juga bisa memudahkan siswa-siswa setingkat SMA/MAN dalam memahami kaedah kepenulisan. Memang objek utama dituliskannya adalah untuk para warga KMA yang bergelut dalam media, tapi bagi peresensi sendiri, tak ada masalah jika buku ini dijadikan kaedah umum kepenulisan media lain. Dapat dilihat juga dari daftar pustaka sebagai rujukan penyusunan, buku ini diambil dari sumber-sumber yang benar-benar standar di negara kita Indonesia.
Maka dari itu buku ini juga bisa memudahkan siswa-siswa setingkat SMA/MAN dalam memahami kaedah kepenulisan. Memang objek utama dituliskannya adalah untuk para warga KMA yang bergelut dalam media, tapi bagi peresensi sendiri, tak ada masalah jika buku ini dijadikan kaedah umum kepenulisan media lain. Dapat dilihat juga dari daftar pustaka sebagai rujukan penyusunan, buku ini diambil dari sumber-sumber yang benar-benar standar di negara kita Indonesia.
Jika anda bergabung dalam media KMA, maka sangat sering disinggung dan diperingati berkali-kali masalah EYD. Selalu diingatkan bahwa kalau bisa, titik koma itu janganlah menjadi kesalahan yang terus-menerus terulang. Oleh karena itu, buku REUSAM adalah sebagai upaya untuk menghentikan kebiasaan salah titik koma (EYD).
Bab pertama diisi dengan pendahuluan, sebagai latar belakang mengapa disusun buku ini. Kemudian pada bab kedua membahas pedoman umum ejaan, dalamnya dibahas pemakaian huruf (kapital miring) dan penulisan kata mulai dari kata dasar sampai pembahasan kata 'si' dan 'sang'.
Pada bab ketiga dipaparkan pembahasan mengenai gaya selingkung yang diisi dengan pedoman transliterasi, istilah keislaman, kosakata khas serta penulisan singkatan dan akronim. Bab keempat membahas bahasa jurnalistik, diisi dengan menulis hemat, menulis jelas, tujuh elemen tulisan yang baik dan tujuh kegagalan tulisan.
Bab kelima diisi dengan beberapa panduan menulis seperti menulis berita, artikel, features, biografi dan autobiografi, resensi buku, hikayat dan panduan mengedit. Bab terakhir yaitu keenam mempresentasikan atau mensosialisasi beberapa media KMA antara lain el-Asyi, website KMA dan Zawiyah. Kemudian buku ini ditutup dengan beberapa komentar atau quote dari para penulis KMA.
Pada bab ketiga dipaparkan pembahasan mengenai gaya selingkung yang diisi dengan pedoman transliterasi, istilah keislaman, kosakata khas serta penulisan singkatan dan akronim. Bab keempat membahas bahasa jurnalistik, diisi dengan menulis hemat, menulis jelas, tujuh elemen tulisan yang baik dan tujuh kegagalan tulisan.
Bab kelima diisi dengan beberapa panduan menulis seperti menulis berita, artikel, features, biografi dan autobiografi, resensi buku, hikayat dan panduan mengedit. Bab terakhir yaitu keenam mempresentasikan atau mensosialisasi beberapa media KMA antara lain el-Asyi, website KMA dan Zawiyah. Kemudian buku ini ditutup dengan beberapa komentar atau quote dari para penulis KMA.
Jika semua materi yang dipaparkan dipahami dengan baik, maka pemahaman tersebut dapat digunakan terus menerus bahkan hingga masuk ke media-media ternama di Aceh bahkan di level nasional. Itulah sinopsis dan beberapa kelebihan yang menjadi zat buku ini.
Kemudian perlu diketahui, buku ini juga termasuk buku yang perlu dievaluasi. Dari segi pembahasan utama buku, seharusnya untuk bagian ‘Pendahuluan’ menjadi bab tersendiri, bukan termasuk ke dalam ‘Bab I’ yang selayaknya dapat diisi dengan pembahasan utama. Karena pendahuluan biasanya berisi latar belakang mengapa buku ini ditulis dan itu lebih baik dimasukkan dalam bagian khusus. Contohnya pembahasan ‘Pedoman Umum Ejaan’ masuk ke dalam Bab I dan seterusnya. Ini akan menjadi bahan kritik tersendiri dari para kritikus buku.
Jika diteliti lebih dalam lagi, pada pembahasan pedoman menulis features, bagi anda yang belum pernah mendengar apa itu features, kemungkinan setelah membaca pembahasan ini, anda masih belum tergambar bagaimana tulisan features. Sebabnya adalah karena tidak ada definisi pastinya, hanya ditulis bagaimana menulis features yang baik dan aspek-aspek lainnya, tapi definisinya belum jelas. Bagaimana seseorang bisa menulis features yang baik jika gambarannya saja belum jelas.
Maka dari itu menjadi evaluasi di bagian ini dengan menambahkan definisi tetapnya. Kemudian masih dalam pembahasan bab pedoman, seharusnya semua pedoman yang sudah dijelaskan ditambah dengan satu contoh tulisan penuh dari berita atau features. Ini bertujuan untuk memperkuat gambaran pembaca.
Maka dari itu menjadi evaluasi di bagian ini dengan menambahkan definisi tetapnya. Kemudian masih dalam pembahasan bab pedoman, seharusnya semua pedoman yang sudah dijelaskan ditambah dengan satu contoh tulisan penuh dari berita atau features. Ini bertujuan untuk memperkuat gambaran pembaca.
Dari beberapa bahan evaluasi tersebut, maka selayaknya buku ini harus diperbaharui dengan dicetak edisi selanjutnya, tentunya dengan tambahan beberapa unsur tadi.
Kesimpulannya, buku ini mampu mengubah mereka yang kurang paham dengan kaedah kepenulisan dalam bahasa Indonesia menjadi paham sehingga menjadi penulis yang handal karena dapat membuat penulisnya berhenti dari kebiasaan salah EYD.
Buku ini perlu dibaca oleh seluruh warga KMA maupun non-KMA agar menjadi tambahan wawasan individu dalam dunia kepenulisan. Untuk cetakan selanjutnya, mungkin bisa ditambahkan dengan pembahasan “Ilmu Lingusitik dan Sintaksis” serta profil “Sekolah Menulis KMA” yang kini sudah banyak menerbitkan banyak karya, serta tambahan-tambahan seperti definisi features dan berbagai contoh tulisan penuh dari pedoman-pedoman yang sudah dijelaskan. Itu semua dirasa akan menjadi evaluasi yang baik bagi kelangsungan buku ini. Wallahu A’laa wa A’lam.[]
*Penulis adalah mahasiswa tingkat I Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin.
Posting Komentar