Uniknya Ramadhan di Mesir
(Foto: Instragram @everydaycairo) |
Bulan Ramadhan selalu menjadi panggung penuh dramatis bagi tiap orang. Dimana seorang Muslim harus tampil maksimal menjadi seorang aktor idaman para penonton, pegiat bakat seni serta produser perfilman. Seorang aktor dibutuhkan persiapan dan panduan sebelum memerankan tokoh apik dalam sebuah pentas pertunjukan, meskipun itu antagonis, protagonis bahkan beda dari karakter diri sendiri.
Saat
menyambut bulan suci Ramadhan semua orang mau tak mau harus siap dari segala
hal yang akan terjadi. Baik itu kondisi alam, kesehatan tubuh dan
kejadian-kejadian yang tak diinginkan, maka dari itu kita harus mempersiapkan
diri jauh-jauh hari.
Mesir salah
satu negara yang mayoritasnya adalah Muslim, sama seperti di Indonesia. Tapi pada
tingkat mayoritasnya saja, selebihnya banyak sekali perbedaan yang terdapat
pada kedua negara ini. Beda negara maka beda pula budayanya, meskipun begitu
semangat menjalankan ibadah puasa sangat kuat di sini.
Pertama,
bulan Ramadhan lebih sering datang saat musim panas sedang asyiknya menyapa.
Hawa panas yang ditawarkan juga tidak tanggung-tanggung, tahun ini telah
mencapai 48◦ C. Angin yang biasa sepoi-sepoi, saat tiba musim panas pun berubah
menjadi angin panas. Anda bisa membayangkan dimana cuaca yang sangat terik ditambah
angin panas berhembus, sungguh sangat mengerikan. Bahkan ada salah satu media
di Mesir mengabarkan setidaknya sudah 20 korban meninggal disebabkan panas yang
melanda di awal bulan Ramadhan kali ini. Begitupun durasi puasa yang memakan
waktu kurang lebih 16 jam lamanya.
Kedua, bulan
Ramadhan identik dengan bulan ujian. Terlebih mereka yang sedang
menempuh pendidikan, baik itu masyarakat sekitar maupun pendatang. Mulai dari
I'dadi (sekolah dasar) hingga ‘Aly (perguruan tinggi). Selain sibuk
menunaikan ibadah selama bulan puasa sebagian masyarakat akan disibukkan dengan
ujian-ujian sebagaimana ketetapan Mentri Pendidikan di Mesir.
Ketiga, bulan
Ramadhan sering disebut juga bulan seribu fanus (lampu hiasan). Dimana akan ada
banyak lampu fanus terpajang di rumah-rumah warga, toko, mesjid, dan jalan
raya. Menghiasi setiap mata memandang, menandakan bulan Ramadhan bulannya
kesenangan dan suka cita.
Keempat, bulan
Ramadhan sebagai momentum warga Mesir bersedekah dan berbagi. Banyak warga yang
sengaja mengeluarkan harta di bulan Ramadhan dengan memberikan sembako, atau uang. Sehingga tak ada seorang pun merasakan kekurangan di bulan
penuh berkah ini. Masyarakat Mesir sangat dermawan, anda akan menemukan
orang dermawan tersebut secara acak. Pemandangan itu sangat jelas bagi siapa saja yang
pernah tinggal dan datang ke Mesir. Bukan saja saat Ramadhan datang, tapi di
tiap harinya anda akan menemukan hamba-hamba Allah yang dermawan.
Kelima, bulan
Ramadhan bulannya Maidaturrahman (hidangan buka puasa gratis). Maidaturrahman
sendiri memang hanya ada saat bulan puasa saja, hidangan buka puasa tersebut
terdiri dari nasi, daging, ayam goreng, sup kacang dan minuman. Maidaturrahman
sendiri terletak di tempat-tempat terbuka dan luas, bisa jadi di pusat
keramaian: di pinggir jalan, di depan restoran, lapangan, mesjid dan ruangan
tertutup. Maidaturrahman sendiri diperuntukkan bagi siapa saja yang hendak
berbuka puasa, dengan sajian makanan yang begitu nikmat tersebut orang-orang
rela menunggu dari setelah Ashar demi kebagian jatah, di samping ada juga yang
tak kebagian karena kehabisan.
|
Keenam, bulan toleransi beragama. Ketika datangnya bulan Ramadhan bukan saja umat Muslim merayakannya tapi juga non-Muslim. Umat Islam dibatasi perbuatan nafsu selama puasa, mulai dari yang dhahir hingga bathin. Sedangkan non-Muslim menghormati mereka yang sedang menjalankan ibadah, menghormati berarti mendukung dan bisa jadi bersedia jika dimintai bantuan.
Tolong menolong
tidak hanya dianjurkan dalam agama Islam saja, setiap agama mengajarkan
kebaikan. Nah, ini yang tergambarkan pada masyarakat Mesir, jiwa tolong-menolong
tidak hanya datang dari Muslim saja bahkan dari non-Muslim yang kebanyakan
masyarakat Mesir menganut agama kristek koptik. Mereka ikut menyediakan santapan
sahur dan buka puasa, memberikan uang dan sembako bagi yang memerlukan, juga menjaga
pakaian mereka sehingga tak mengganggu orang yang sedang berpuasa.
Begitulah warna-warni
Ramadhan di bumi Nabi Musa as. ini, sedikit banyaknya telah mengajarkan kita
bagaimana arti dari Ramadhan itu sendiri. Ada saatnya kita menerima ada pula
saatnya kita memberi. Semoga berkah Ramadhan kali ini dapat kita jumpai pada
Ramadhan tahun depan.[]
Muhammad Syukran
Posting Komentar