Geloramu
Oleh: Muhammad Najid Akhtiar
*Peraih juara I Sayembara Puisi el Asyi Award pada Peringatan HUT 25 el Asyi
Putih
Helaian surai itu kian memutih
Mengarang rangka seakan letih
Menghasut bendu bersedu sedih
Mengenang langkah ringkih tertatih
Biru
Senyum bijakmu lesi membiru
Menyapa mayapada nan haru biru
Menusuk nurani ikut terharu
Masih olehmu terkira dunia baru
Hijau
Kau tahu alam ini tak lagi hijau
Isyarat betapa bentala sedang kacau
Belia tua kedaluwarsa ceriwis menggalau
Tak punya daya bangkit menghalau risau
Ungu
Kembang itu luruh enggan membias ungu
Serupa sanakku yang ikhlas dibikin dungu
Netra daksa grahita wicara rungu
Hanya melulu gagu diam termangu
Kuning
Semesta kini wibawa si logam kuning
Rakyat jelata hening semakin pening
Mau meneking tak kenal maling
Suara wahana tak lagi bening
Merah
Nyata di mata matamu merah
Aku tahu kau membayang gerah
Aku kenal wajahmu selagi marah
Ayolah, biar darah melukis sejarah
Jingga
Bersama senja yang merona jingga
Kembali kupanjatkan syukur yang tak terhingga
Jatuh bangun tersungkur hingga kan pakai penyangga
Hadirmu selalu mengundang rasa bangga
Hitam
Alangkah engkau melegam hitam
Mendedah hakikat bainah terpendam
Angkatlah burhan dusta semu hantam
Geloramu, jangan pernah padam
Helaian surai itu kian memutih
Mengarang rangka seakan letih
Menghasut bendu bersedu sedih
Mengenang langkah ringkih tertatih
Biru
Senyum bijakmu lesi membiru
Menyapa mayapada nan haru biru
Menusuk nurani ikut terharu
Masih olehmu terkira dunia baru
Hijau
Kau tahu alam ini tak lagi hijau
Isyarat betapa bentala sedang kacau
Belia tua kedaluwarsa ceriwis menggalau
Tak punya daya bangkit menghalau risau
Ungu
Kembang itu luruh enggan membias ungu
Serupa sanakku yang ikhlas dibikin dungu
Netra daksa grahita wicara rungu
Hanya melulu gagu diam termangu
Kuning
Semesta kini wibawa si logam kuning
Rakyat jelata hening semakin pening
Mau meneking tak kenal maling
Suara wahana tak lagi bening
Merah
Nyata di mata matamu merah
Aku tahu kau membayang gerah
Aku kenal wajahmu selagi marah
Ayolah, biar darah melukis sejarah
Jingga
Bersama senja yang merona jingga
Kembali kupanjatkan syukur yang tak terhingga
Jatuh bangun tersungkur hingga kan pakai penyangga
Hadirmu selalu mengundang rasa bangga
Hitam
Alangkah engkau melegam hitam
Mendedah hakikat bainah terpendam
Angkatlah burhan dusta semu hantam
Geloramu, jangan pernah padam
Posting Komentar