Dia Bukan Jodohku (Tamat)
Google Image |
By : Raystaycool
Kerja di kantor PU
membuat hari-hari Aris berjalan ringan. Siang ini, ketika break kantor,
ia mengotak-atik laptopnya, searching dan chatting. Ketika sedang
asyik, ia melihat akun dengan nama Viki Hakem sedang online. Viki
adiknya, sudah dua tahun mereka tidak saling berkomunikasi, sejak adiknya
sekolah di Kairo. Niat awalnya Aris ingin menyapa, namun tiba-tiba ia
dikejutkan oleh rekan kerjanya.
"Aris! chatting
mulu. Makan siang yuk. Semalam kamu bilang ada yang mau dibicarakan, sekalian
sambil makan. Waktu break hampir habis" tegur Andi.
"Siiip" ia
hampir lupa janjinya, Aris langsung mematikan laptop dan bergegas ke kantin.
Lalu memesan menu makan
siang.
Siang itu, Aris ingin
menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Yang tak mungkin lagi ia sembunyikan
terlalu lama. Ini yang membuat sebagian harinya tak tenang. Setelah yakin ia
pun memulai.
"Andi, sory nih.
Aku mau bicara sesuatu, penting! Tapi aku bukanlah orang puitis yang bisa
merangkai kata-kata indah jadi tolong maklumlah."
Ia diam sesaat dan
melanjutkan, "dua tahun kita sudah berteman, selama itu aku sering ke
rumah kamu, dengan cepat kita begitu akrab. Yang mau aku sampaikan, waktu aku
ke rumah kamu, aku sering lihat satu gadis di rumahmu, namanya Maya kalau aku
tidak salah dengar" ucap Aris blak-blakan.
"iya, Itu adik
sepupu, Ris. Tumben kamu ngebahas masalah beginian!"
"Begini sobat,
tanpa sengaja karena sering melihatnya, akhir-akhir ini timbul rasa suka dalam
diriku padanya."
"Aris, apa kau serius?!""Pertama,
ini mungkin karena umurku memang sudah layak untuk..." ia tak
menyelesaikan kalimatnya. Keduanya diam, masing-masing ada yang mengganjal
dalam pikiran.
"Jangan terlalu
formal gitu juga ah. Oke, begini, datang saja ke rumahku tapi waktu aku tidak
ada di rumah, bicara dengan bokapku dulu, karena Maya sudah lama tinggal di
rumahku, setelah itu baru ke bokapnya.
Masalah ini Aku enggak
mau bicara, lagian kau pun orangnya baik. Kalau dia bilang oke, aku ikut aja.
Aku hanya sedikit heran, kenapa cinta bisa datang tiba-tiba seperti ini"
ucapnya panjang.
Aris hanya tersenyum
"Thank bro, yuk makan dulu" ajaknya.
***
Ketika waktunya tepat,
Aris melangkah ke rumah Andi, ingin menyampaikan maksud hati yang telah lama
terpendam. Ayah Andi pun memberikan alamat rumahnya agar Aris berbicara
langsung dengan Ayah Maya, pak Anto.
Selang beberapa hari, ia
melangkah ke alamat yang diberikan. Masih dengan tujuan yang sama. Pak Anto
menyambutnya hangat. Setelah memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud, pak
Anto memintanya untuk kembali kamis depan.
Ia merasa satu tabir kehidupan mulai terungkap, sampai datangnya hari yang dimaksud.
Ternyata disana sudah ada Maya dan keluarga serta Andi. Setelah Aris
menyampaikan maksud hati. Ayahnya meminta persetujuan Maya. Maya tertunduk,
perasaan malu dan bimbang jadi satu dalam dirinya.
"Maya tidak bisa
jawab sekarang, Yah. Maya akan jawab setelah tiga hari"
***
Jam 02:00 dini hari.
Maya bermunajat dalam
istikharahnya. Rasa rindu akan cinta yang dulu mengalun merdu. Cinta yang dulu
telah ia titipkan pada Sang Pemilik Cinta. Ia yakin, Viki masih menyimpan rasa
yang sama, walaupun sampai saat ini tak menyapanya. Sikap Viki memutuskan
komunikasi menurutnya untuk membendung cinta agar indah pada waktunya.
Namun dengan kejadian ini, Maya memberanikan diri mengirim pesan kepada Viki
melalui twitter, satu-satu penghubung yang mungkin tersampaikan. Ia
meninggalkan segala keraguan dan terus menulis dengan bahasa yang sangat halus.
Lalu mengirimnya.
***
Kairo jam 20:30.
Malam Jum'at ini Viki
memilih refreshing di depan layar PC yang sejajar dengan kasurnya sambil
online. Ketika ia mengotak atik PC, ia melihat satu pesan di Twitter. Langsung
saja ia buka. Pesan itu dari Maya. Ia heran, "sudah lama sekali, apa
isinya?" ucapnya, dan mulai membaca.
"Viki, Maya telah
dilamar oleh seseorang. Maya menangguhkan jawaban selama tiga hari. Maya
bingung, Vik. Ia adalah teman baik abang sepupuku. Maya tak tau bagaimana dan
apa alasan untuk menolak. Tolong bersuaralah demi aku yang diselimuti rasa
rindu kepadamu"
Akhirnya hal yang aku bayangkan terjadi. Viki membatin.
Tak lama kemudian, hpnya
berdering pertanda pesan masuk, dari Aris, abangnya.
"Viki, aku telah melamar seorang wanita, satu angkatan denganmu di SMA.
Tapi belum ada jawaban darinya. Ia menangguhkan selama tiga hari. Mohon doanya
agar diterima."
"Orangnya yang lebih spesifik dong, Bang" Tanya Viki was-was.
Firasatnya mulai tak enak.
"Maya Lestari"
pesan dari seberang.
"Apa?!!" Viki
terkejut. Seluruh dunia berhenti. Jantung Viki berdegup kencang. Sedikit sulit
mencerna isi pesan itu. Apakah berita ini benar? atau hanya mimpi? "Tidak,
ini nyata!" hatinya kacau kala itu. Matanya berkaca-kaca membendung air
mata kesedihan. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, larut dalam kesedihan.
Hidup ini kejam, sebegitu sempitkah dunia ini! Sampai orang-orang didalamnya
harus berputar dalam satu lingkaran yang sama!
Ia berusaha tenang dan bersikap lebih dewasa. Ini hanya soal cinta. Menurutnya,
Percuma saja ia belajar agama jika dengan cinta saja ia rapuh. Cintaku telah
kutitipkan. Maya bukan siapa-siapaku.
Ia tak mungkin
mengatakan yang sebenarnya kepada Aris, itu akan memperkeruh suasana. Juga tak
perlu mengatakannya pada Maya, biarlah waktu yang mengabarkan. Aku tidak
boleh egois, sedang aku sendiri belum siap.
Setelah dirinya tenang
ia balas sms abangnya,"Viki doakan semoga diterima, Bang".
Lalu ia duduk kembali di
depan PC nya. Menatap keyboard tajam, dan mulai mengetik,
Aku tak menyadari saat
cinta datang
Tapi aku pemeran aktif
saat cinta itu pergi
Aku menjauh karna jalan
cinta yang kita tempuh terlarang
Masih murni dihatiku
rasa cinta itu
Masih jelas dimataku saat kau tersenyum
Juga masih terdengar di
telingaku saat kau berjanji
Namun untuk memenuhi
keinginanmu aku tak mampu
Untuk menikahimu diumur
dua puluh tiga
Aku tak siap
Kini aku kan berusaha
melupakan semuanya
Melupakan kenangan pahit
dan manis saat bersama
Cintaku telah ku
titipkan
Hiduplah dalam mahligai
kebahagiaan dengan cintamu
***
Setelah membaca balasan
dari Viki, Maya menangis, "Viki, maafkan aku, aku hanya manusia lemah yang
tak bisa menguasai dunia, tapi dunia yang menguasaiku. Aku bukan tak mau
menunggumu, tapi kau seperti telah menutup harapan itu dengan pergi begitu saja
dari hidupku" kata Maya dalam hati. Ia menangis sampai tertidur di atas
sajadah.
Dua insan yang tak saling mengenal akan menuju ke satu bahtera keluarga. Kini
Viki setuju pendapat Stephen R. covey 'Cinta adalah kata kerja, dan rasa cinta
itu adalah buah dari pekerjaan Cinta'.
Seiring berjalannya
waktu, Maya pun tau bahwa Aris adalah abangnya Viki. Awalnya ia sedih. Tapi
Maya tak berdaya. Yang harus Ia lakukan sekarang adalah melupakan masa lalunya.
Setelah menikah, sifat
Aris yang cuek pada adiknya pun berubah. Abangnya kini sering menanyakan
kabarnya lewat sms dan telepon. Satu sisi Viki merasa senang atas perubahan
sikap abangnya. Namun benaknya masih membeku menjadi perasaan saling
bertentangan yang terpolarisasi dalam hitam dan putih, tak pernah terbayang
abangnya sendiri yang membuatnya kehilangan cinta.
"Cinta yang aku perjuangkan dalam diam, telah pergi.
Karena dunia lebih tahu 'Dia Bukan Jodohku"
Posting Komentar