Ketika Permainan Indah Tak Menjamin Kemenangan
Ada waktunya kita
terheran melihat klub sebesar Manchaster United dikalahkan oleh klub yang
levelnya jauh dibawah mereka seperti West Bromwich Albion, atau klub sebesar
Real Madrid ditahan imbang Levante yang pengalamannya tak ada apa-apanya
dibanding mereka.
Namun itulah
sepakbola, siapa yang mencetak gol lebih banyak, dialah yang menang. Tak peduli hendak bermain secantik apapun, toh Inter-nya Mourinho
mampu mengalahkan Barcelona, toh Chelsea-nya Di Matteo mampu mengandaskan
Bayern Munich, dengan gaya pragmatis mereka masing-masing. Tentu permainan
seperti itu sah-sah saja dalam sepakbola.
Datang dengan ambisi menjuarai Sumatera Futsal Cup,
tim Aceh -Iskandar Muda- “hanya” mampu finish di urutan ke-5 dibawah Padang,
Riau, Medan dan Tapanuli.
Pertandingan pertama melawan Lampung, ancang-ancang
untuk memenangi pertandingan, Iskandar Muda harus rela berbagi angka dengan
skor 0 – 0. Disusul melawan Jambi –tuan rumah-, Aceh mampu memenangi
pertandingan 2 – 0 lewat gol Fahmi. Kemudian Iskandar Muda bertemu dengan
Medan, Palembang dan Tapanuli dengan masing-masing skor seri 0 – 0. Setelahnya
Iskandar Muda harus rela menelan kekalahan melawan Riau dengan skor 2 – 0,
sebuah gol bunuh diri dan wrong back pass yang dilakukan pemain berakibat fatal
untuk tim, juga sebuah gol yang dicetak Iskandar Muda dianulir wasit yang
memupus harapan. Lalu Iskandar Muda melawan Padang –juara Sumatera Futsal Cup-
dengan berakhir imbang 1 – 1, lagi gol Iskandar Muda dicetak oleh Fahmi.
Iskandar Muda bukannya bermain buruk, bahkan tidak
bermain biasa-biasa saja, tapi bermain sangat indah, seperti itulah yang
diutarakan supporter kawan dan lawan. Namun tidak banyaknya kemenangan pada
pertandingan tidak bisa membantu mereka melangkah lebih jauh.
Salah satu analisa tim yang dapat diterima adalah
tim lawan bermain “ngotot” ketika bertemu mereka, terbukti sepanjang
pertandingan mereka hanya mendapat 10 tendangan (sangat minimum) yang sudah
termasuk off target, block dan 3 kali kena tiang, itu berarti mereka hanya
mendapatkan persentase tendangan 1,4 per pertandingan. Melirik ke dalam skuad,
Iskandar Muda mempunyai beberapa pemain dengan shoot power diatas rata-rata
seperti Ridha, Alvin, Cek Lis dan Fahmi. Namun sedikitnya ruang yang diberikan
membuat mereka tidak bisa berkutik banyak di area lawan. Padahal, mereka nyaris
selalu menguasai bola disetiap pertandingan. Bukti lainnya, Iskandar Muda hanya
kebobolan 3 gol ke gawang mereka, namun ketiga gol tersebut dilakukan dengan
“bantuan” pemain mereka sendiri, sebuah gol bunuh diri, sebuah passing yang
salah dan sebuah kesalahan kiper dalam mengantisipasi bola lemah. Itu tandanya,
tidak ada gol yang tercipta ke gawang mereka dengan murni skill dan teknik
pemain lawan.
Inilah sepakbola, selalu ada alasan ketika menang,
selalu ada alasan ketika kalah. Setiap orang boleh menganalisa dengan
pendapatnya masing-masing. [AV]
Posting Komentar