Andalusia, Permata Yang Sirna
Prolog
KETIKA Islam memasuki masa kemunduran bangkitlah Eropa dari keterpurukannya. Kebangkitan Eropa kala itu tidak hanya di bidang politik. Setelah berhasil meruntuhkan kaisar-kaisar Islam, Eropa terus bangkit di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu pendorong mekarnya politik mereka.
KETIKA Islam memasuki masa kemunduran bangkitlah Eropa dari keterpurukannya. Kebangkitan Eropa kala itu tidak hanya di bidang politik. Setelah berhasil meruntuhkan kaisar-kaisar Islam, Eropa terus bangkit di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu pendorong mekarnya politik mereka.
Kebangkitan Eropa saat itu tidak bisa
dipisahkan dari kekaisaran Islam Klasik di Andalusia (Spayol). Karena
Andalusia menjadi kubang ilmu bagi Eropa saat itu. Tatkala tampuk ilmu
dipegang oleh Islam yang berpusat di Spayol, orang-orang Kristen Eropa
berduyun-duyun datang ke Spayol untuk menggali ilmu di sana.
Orang Islam menjadi guru bagi mereka
yang masih buta huruf. Sampai-sampai literatur sejarah mencatat
kehadiran Islam di Spayol menjadi perbincangan alot sejarawan dunia.
Berbagai peradaban Islam tersimpan di
Spayol, banyak pakar-pakar marcusuar Islam yang sangat dikenal dengan
ilmunya pernah hidup di sana. Semisal Ibn Bajjah dan Ibnu Sina ahli
filsafat yang pernah digurui Yunani pada abad ke-9 M. Abbas Ibn Fama
pakar kimia dan astronomi, Ahad Ibn Ibas pakar obat-obatan, Ummi
Al-Hasan Bint Abi Jakfar ahli kedokteran dari kalangan wanita, dan masih
banyak pakar lainnya dari ulama Islam yang tidak akan pernah habis bila
kita sebutkan satu persatu dalam tulisan singkat ini.
Penaklukan
Pada tahun 711 M Islam mulai masuk Spayol melalui jalur Afrika Utara. Sebelum kedatangan Islam waktu itu Spayol dikenal dengan nama Iberia atau Asbahani. Setelah bangsa Vandal menguasai Spayol pada saat itulah orang-orang Arab menyebutkan Spayol dengan Andalusia.
Sebelum penaklukan Spayol Ummat Islam
telah menguasai sebagian besar Afrika Utara dan menjadikannya sebagai
sebuah provinsi dari Dinasti Umayyah. Pada zaman khalifah Abdul Malik
(685-705 M) Negeri Afrika ini dimiliki seutuhnya oleh Ummat Islam. Pada
saat itu pula khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan Ibn Nu’man sebagai
Gubernur wilayah Afrika. Namun pada masa khalifah Al-Walid posisi Hasan
Ibn Nu’man diganti oleh Musa Ibn Nushair. Pada masa kekhalifahan
Al-Walid inilah Musa Ibn Nushair memperluas wilayah Islam sampai ke
Aljazair dan Maroko.
Selain itu, Musa Ibn Nushair waktu itu
telah berhasil menaklukkan bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah
pergunungan. Sebelum ditaklukkan oleh Ummat Islam daerah ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu
kerajaan Gotik. Literatur sejarah mengatakan, dalam proses penaklukan
Spayol terdapat tiga panglima perang Islam yamg sangat berjasa memimpin
tentara-tentaranya. Mereka adalah Tharif Ibn Malik, Tharik Ibn Ziyad,
dan Musa Ibn Nushair.
Pada saat ini Ummat Islam belum
menguasai seluruhnya kawasan Spayol. Namun, berbagai budaya Islam telah
lahir di sana. Ummat Islam ternyata belum puas dengan kemenangan
tersebut, mereka terus melanjutkan peperangan memperluas wilayah Islam
pada masa khalifah Umar Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran
penyerbungan saat itu adalah menguasai daerah pergunungan Pyrenia dan
Perancis Selatan. Penyerbungan yang digerakkan pada abad ke-8 M ini
telah membuat kekuasaan Islam menerawang ke seluruh distrik Spayol,
Prancis, dan bagian-bagian penting dari kota Italia.
Kemenangan yang diperoleh Ummat Islam
nampaknya begitu mudah, hal ini terindikasi dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain adalah kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam masa paceklik. Adapun faktor
eksternal merupakan suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan Spayol khususnya. Pribadi panglima perang Muslimin yang kuat,
tentara yang kompak dan penuh percaya diri menjadi satu sebab penduduk
Spayol menyambut Islam penuh antusias.
Kejayaan Islam di Spayol
Sejarah kebangkitan Islam di Spayol
dapat dibagi menjadi enam periode (Dr, Badri Yatim MA 2003). Periode
pertama dimulai pada tahun (711-755 M), pada periode ini Spayol berada
di bawah pemerintahan para Wali yang diangkat oleh kahlifah Bani Umayyah
yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Spayol
belum tercapai secara sempurna, masih banyak terdapat gangguan indogen
dan eksogen.
Periode ke dua dimulai sejak tahun
(755-912 M), pada periode ini Spayol berada di bawah pemerintahan
seorang Amir (panglima atau gubernur), tetapi belum tunduk kepada pusat
pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
bagdad. Dengan Amir pertama adalah Abdurrahman 1, yang memasuki Spayol
tahun 138 H/755 M. Berkat dedikasinya ia berhasil mendirikan Dinasti
Bani Umayyah di Spayol. Pada periode ini Ummat Islam Spayol mulai
memperoleh banyak kemajuan yang terdiri dari bidang politik dan
peradaban. Abdurrahman mendirikan Mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar Spayol.
Selanjutnya periode ke tiga dimulai pada
tahun (912-1013 M), periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman 111 yang digelar “An Nasir” sampai munculnya “raja-raja
kolompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk At-Thawaif. Pada periode ini
Spayol diperintahkan oleh penguasa yang digelar dengan Khalifah.
Penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman 111, bahwa Muktadir (khalifah Daulah Bani Abbas di Bagdad
meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan seperti
ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam
kemelut. Ia berpendapat saat ini adalah saat yang tepat untuk memakai
gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150
tahun lebih.
Pada periode ke empat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan (Al-Muluk At-Thawaif) yang berpusat di
kota Seville, Cardova, Toledo. Pada periode ini Ummat Islam memasuki
masa pertikaian intern. Ironisnya, saat terjadi perang saudara saat itu
ada sebagian orang dari pihak orang Islam yang meminta perlindungan
kepada raja-raja Kristen. Melihat keadaan dan kekacauan yang menimpa
politik Islam tersebut, untuk periode pertama orang Kristen pada periode
ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik
tidak stabil namun kehidupan intelektual terus saja berkembang.
Periode ke lima dimulai pada tahun
(1086-1248 M), pada periode ini Spayol masih terpecah kedalam beberapa
negara, tetapi mereka memiliki satu kekuatan yang dominan, yaitu
kekuatan Dinasty Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasty Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasty Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.
Sedangkan Dinasty Muwahhidun didirikan
oleh Muhammad Ibn Tumazi (w. 1128 M). Dinasty ini masuk ke Spayol di
bawah pimpinan Abdul Al-Mu’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas De Tolesa. Kekalahan-kekalahan
yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk
meninggalkan Spayol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Pada
tahun 1238 M Cardova jatuh ke tangan penguasa Kristen, dan Seville pada
thaun 1248 juga jatuh ke tangan Kristen.
Hanya Granada yang masih dikuasai Ummat Islam saat itu (Dr, Badri Yatim MA 2003 hlm 98).
Periode ke enam lahir antara tahun (1248-1492 M), pada periode ini Ummat Islam Granada bertahan di bawah Dinasty Bani Amar (Dinasty ini didirikan oleh Sultan Muhammad Bin Yusuf yang digelar dengan An-Nasr). Sehingga kerajaan ini disebut juga dengan Nasriyyah (Musrifah Sunanto 2003 hlm 122). Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada. Namun peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir.
Periode ke enam lahir antara tahun (1248-1492 M), pada periode ini Ummat Islam Granada bertahan di bawah Dinasty Bani Amar (Dinasty ini didirikan oleh Sultan Muhammad Bin Yusuf yang digelar dengan An-Nasr). Sehingga kerajaan ini disebut juga dengan Nasriyyah (Musrifah Sunanto 2003 hlm 122). Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada. Namun peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir.
Kekuasaan Islam Spayol yang merupakan
pertahanan terakhir ini berakhir karena perselesihan orang-orang Istana
dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya
untuk menjadi Raja. Dia memberontak dan berusaha untuk merampas
kekuasaan. Dalam pemberontakan itu ayahnya terbunuh, dan digantikan oleh
Muhammad Ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada
Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Setelah kekuasaan Muhammad
Ibn Sa’ad berhasil dijatuhkan oleh Ferdenand dan Isabella kemudian Abu
Abdullah naik tahta.
Ferdenand dan Isabella yang
mempersatukan Ummat Kristen melalui perkawinan saat itu merasa belum
puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan Abu Abdullah (kerajaan terakhir
Islam Spanyol) melalui peperangan. Namun Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan Ummat Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah.
Kemudian dia hijrah ke Afrika Utara, dengan demikian berakhirlah
kerajaan Islam di Spayol pada tahun 1492 M. Ummat Islam kala itu
dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan
Spayol. Pada tahun 1609 boleh dikatakan tidak ada lagi Ummat Islam di
daerah ini.
Tinggal Kenangan
Spayol adalah tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, maupun ekonomi. Orang-orang Eropa berinisiatif Spayol yang berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Tak dapat dipungkiri, kejayaan Islam
Spanyol yang sempat menghijaukan daratan Eropa hari ini tinggal
kenangan. Hanya dalam hitungan waktu yang singkat Ummat Islam berhasil
menaklukkan Andalusia. Dan dalam durasi waktu yang sangat singkat pula
kejayaan ini kembali direbut oleh Kristen-kristen Eropa.
Kemajuan Islam Spayol kala itu adalah
karena kuatnya penguasa-penguasa Islam yang mampu mempersatukan kekuatan
Ummat. Keberhasilan dibidang politik juga ditunjang oleh kebijaksanaan
penguasa lainnya dalam memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah, dan
tingginya toleransi penguasa Muslim terhadap non-Muslim menjadi satu
bukti tegaknya Kaisar Islam di negera tersebut.
Adapun kemorosotan Islam Spayol dalam
bentang sejarah disebutkan, antara lain lahirnya konflik Islam dan
Kristen, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
dan keterpencilan. Namun di sana ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan mundurnya budaya Islam yaitu, kelemahan di bidang politik,
munculnya orang-orang Moghul, munculnya unsur Turki, dan ditemukannya
Mesiu (Dr. Badri Yatim 2003 hlm 108).
Walaupun Islam pada akhirnya terusir
dari Spayol dengan cara yang sangat kejam, tetapi Islam telah membidangi
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik pada abad ke-14 M yang
bermula di Italia. Gerakan reformasi pada abad ke-16 M, resionalisme
pada abad ke-17, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M. Spayol
memang bukan negara kita, tetapi sebagai Ummat Islam kita berhak untuk
merebutnya kembali. Semoga!
===========
===========
Abdul Hamid M Jamil | Mahasiswa Universitas Al Azhar,
Jurusan Islamic Law and Jurisprudance, Alumni Dayah Ummul Ayman
Samalanga, Berprofesi sebagai Aktivis di SINAI (Studi Informasi Alam
Islami) Mesir
Posting Komentar