Militer Ancam Demonstran, Tahrir Semakin Panas
Pengunjuk rasa di Tahrir Square pada hari Jumat, 22 Juni 2012 menolak pernyataan yang dikeluarkan oleh Juru Bicara Dewan Tinggi Militer untuk menghormati aturan hukum dan mengancam akan menanggapi dengan keras usaha-usaha untuk merusak kepentingan publik dan swasta.
Setelah pernyataan itu diumumkan, Harian Al-Ahram menulis para demonstran semakin bersemangat dan geram. Tak henti hentinya mereka meneriakkan, "Ganyang kekuasaan militer" dan "Dewan Tinggi Militer harus turun." Al-Ahram juga menambahkan bahwa mobilisasi massa tiba di alun-alun dari lingkungan Abbasseya, tempat serangan berdarah terhadap demonstran pada Mei lalu.
Sebuah sumber keamanan mengatakan kepada Al-Masry Al-Youm bahwa pengunjuk rasa bertanggung jawab untuk mengamankan alun-alun, dan keamanan di Kairo belum ditingkatkan dalam menanggapi protes tersebut. Namun, ia mengatakan aparat keamanan akan terus menjaga Kementerian Dalam Negeri dan situs penting di dekat Tahrir, termasuk Museum Mesir dan Maspero.
Ikhwanul Muslimin dan Rakyat Pro Revolusi menyerukan protes puncak pada Jumat 22 Juni 2012 terhadap Dewan Tinggi Militer. Protes telah berlangsung sejak hari Senin, dan sejumlah pengunjuk rasa bahkan menghabiskan malam di alun-alun Tahrir.
Safwat Hijazy, seorang orator dari IM, memberikan pengantar di Tahrir setelah Shalat Jumat, "Kami tidak akan membiarkan sebuah negara militer. Kami datang ke sini untuk merebut kekuasaan dari dewan militer dan menyerahkannya ke Muhammad Mursy, "katanya menggebu gebu.
"Legitimasi politik ada di Tahrir (tempat konsentrasi massa), dan anggota parlemen berada di alun-alun. Jangan percaya rumor bahwa ada negosiasi atau kesepakatan antara Mursy dan Dewan Militer, " tambahnya. Setelah pidato tersebut, para pengunjuk rasa meneriakkan, "Revolusi untuk Kemerdekaan akan terus jalan" dan "Dewan militer harus turun."
Syaikh Mazhar Shahin, Imam Masjid Umar Makram, menyampaikan khutbah Jumat untuk ribuan demonstran di Tahrir Square, menyerukan pembatalan Dekrit Penyempurna Konstitusi dan menuntut agar Parlemen disahkan kembali. "Ini merupakan perang terbuka antara Dewan Tinggi Militer dengan rakyat. Kami tidak akan mengizinkan kembalinya rezim, "ujar Shahin di sela khutbahnya.
Dewan Tinggi Militer mengeluarkan Dekrit hari Minggu malam, 17 Juni 2012 yang memperluas kekuasaan dewan militer dan membatasi Hak Hak presiden di masa yang akan datang. Upaya ini tidak hanya dikritik oleh pihak dalam negeri, tetapi beberapa negara tetangga juga telah mengeluarkan kecamannya terhadap tindakan Dewan Tinggi Militer yang memegang kendali Mesir selama masa transisi.
Para pengunjuk rasa menyerukan SCAF untuk membatalkan Dekrit Penyempurna Konstitusi, menyerahkan kekuasaan kepada presiden terpilih sesuai jadwal, dan mengembalikan fungsi, otoritas dan keanggotaan Majelis Permusyawaratan Rakyat . Mereka menekankan bahwa Parlemen yang dibubarkan setelah keputusan mahkamah konstitusi pada tanggal 14 Juni 2012 harus dipertahankan. Mereka juga menuntut agar Majelis Konstitusi dibentuk oleh Parlemen untuk menyusun konstitusi baru.
Selain itu, pengunjuk rasa juga mengecam Dekrit Dewan Militer yang dikeluarkan tadi siang terkait otorisasi investigasi dan penangkapan terhadap warga sipil yang dicurigai. Menurut demontrans, tindakan ini adalah upaya nyata dari pembentukan kembali rezim lama pasca revolusi Mesir jilid 1.
Dari berbagai sumber
Posting Komentar