Mengintip Mahasiswi Al-Azhar
Mahasiswi
Al-Azhar berbeda dengan mahasiswi lain. Anda ingin tahu bagaimana
kehidupan belajar mahasiswi di Universitas Al-Azhar Mesir mari kita
mengintip celah demi celah, rentetan langkah anak negeri menggapai mimpi
kesarjanaannya di negeri para ambiya.
Bila
pada universitas lain di dunia, proses belajar mengajar bercampur
antara laki-laki dan perempuan, di Universitas Al-Azhar Mesir tidak.
Itulah salah satu keistimewaan Al-Azhar. Sebagai salah satu perguruan
tinggi Islam tertua, terbesar dan ternama, Universitas Al-Azhar Mesir
memiliki kekhususan yang tetap dipelihara, yaitu pemisahan antara kampus
putra dan kampus putri. Baik secara administratif maupun lokasi
perkuliah. Karena itulah dikenal istilah Kulliyatul Banat
(kampus putri) Al-Azhar. Seluruh kegitan dan proses belajar-mengajar di
Kulliyatul Banat ini berdiri sendiri dan terpisah dari kampus putra,
tapi tetap di bawah naungan Universitas Al-Azhar.
Terletak
di kawasan Nasr City (sebelah Timur Kota Kairo). Kulliyatul Banat
Al-Azhar tidak jauh dari komplek fakultas-fakultas umum (‘ilmi)
Universitas Al-Azhar lainnya. Jaraknya sekitar 7 KM dari kampus putra
yang berada di kawasan Kota Husein, dan merupakan tempat awal berdirinya
Al-Azhar.
Universitas Al-Azhar masih menganut metode salafi.
Dosen memberikan materi kuliah (ceramah), dan mahasiswi diperkenankan
bertanya. Tak ubahnya seperti pengajian majlis ta’lim. Sistem mahasiswa
aktif yang kini digalakkan di berbagai perguruan tinggi di dunia,
belum terpraktikkan di Universitas Al-Azhar. Membuat makalah, debat atau
diskusi tentang tema-tema tertentu, absensi hadir sama sekali tidak
didapati di Al-Azhar. Sistem hafalan menjadi andalan setiap mahasiswi.
Bagi yang kuat hafalan, atau punya waktu banyak untuk menghafal seluruh
isi diktat yang telah ditandai masuk dalam batasan ujian, maka ia akan
menjadi mahasiswi denga lulusan istimewa.
Karena
tidak ada presentasi makalah dan diskusi dalam kelas serta absen hadir,
maka ujian menjadi satu-satunya alat ukur kelulusan mahasiswi. Inilah
yang menjadi penyebab mahasiswi harus menghafal. Mereka harus
mati-matian menguasai kata demi kata dalam buku diktat agar mampu
menjawab soal ujian. Nilai yang diberikan dosen –bisa dikatakan- 100%
murni dari hasil ujian. Tidak ada kongkalikong atau “nilai kasihan” dari
dosen. Karena memang antara dosen dan mahasiswi tidak saling kenal.
Lazimnya
kampus perguruan tinggi, jelas terbayang di benak kita segudang
aktifitas ekstra kurikuler yang pasti menantang dan menyibukkan
mahasiswinya. Namun itu tidak terjadi di Al-Azhar Mesir. Mahasiswi asing
sama sekali tidak terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus, malah
dilarang.
Untuk
menyiasati akan kebutuhan Tridarma Perguruan Tinggi, mahasiswi
Indonesia di Al-Azhar tidak mati ide. Mereka menggantinya dengan
berbagai aktivitas alternatif di luar kampus yang tak kalah menarik.
Seperti WIHDAH (organisasi khusus mahasiswi Indonesia di Mesir) yang
siap menampung inspirasi, aspirasi dan bakat organisasi anggotanya.
Tidak ketinggalan organisasi-organisasi kedaerahan yang cukup marak di
kalangan mahasiswa/i Indonesia di Mesir, ikut menyemarakkan berbagai
program di bawah Departemen Keputriannya masing-masing.
Selain
itu, banyak mahasiswi Indonesia yang membekali dirinya dengan berbagai
keterampilan tambahan. Seperti hafal Al-Quran, belajar kaligrafi, Qiraat Sab’ah (tujuh
metode baca Al-Quran), kelompok diskusi tematik, dan juga kursus bahasa
asing. Sehingga lulusan Al-Azhar tidak hanya menguasai hukum-hukum yang
bersumber dari kitab kuning, tetapi juga punya keahlian-keahlian khusus
lainnya.
Aspek
pergaulan mahasiswi Al-Azhar juga menjadi hal lain yang menarik
diintip. Hubungan pertemanan dan interaksi antara mahasisiwi Mesir dan
mahasiswi asing hanya terbatas di kampus saja, khususnya yang berkenaan
dengan studi. Saling berkunjung antara rumah jarang terjadi, membentuk
kelompok belajar dengan mahasiswa asing tidak boleh. Memang mahasiswa
Mesir, secara umum, dilarang pemerintah bergaul dekat dengan mahasiswa
asing.
Disamping
belajar di kampus, senat sangat berpasitipasi dalam mendidik generasi
yang berprestasi. Senat adalah perkumpulan mahasiswa Indonesia Mesir
(putra dan putri) berdasarkan fakultas masing-masing. Layaknya Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas di Indonesia. Sistemnya, senat
bekerja sama dengan kekeluargaan dan berbagai daerah di Indonesia untuk
menyukseskan anak bangsa dalam menghadapi ujian. Setiap semesternya
senat mengadakan tes uji coba yang dirangcang persis seperti ujian atau
biasa disebut try out untuk mahasiswanya dengan berpedomankan pada soal-soal tahun lalu.
Tak
kalah pedulinya, senat juga mengadakan bimbingan belajar (bimbel).
Biasanya jauh-jauh hari sebelum ujian mahasiswi meminta kepada senior
untuk diadakan bimbel. Walhasil, belajar lancar, silaturrahmi jalan.
Oleh: Nani Hidayati
Mahasiswi Fakultas Bahasa Arab Universitas Al-Azhar Cairo
"Memang mahasiswa Mesir, secara umum, dilarang pemerintah bergaul dekat dengan mahasiswa asing." apa yang membuat penulis mengatakan hal ini ya? apa pemerintah benar-benar mengatur hal ini juga?
BalasHapus"Memang mahasiswa Mesir, secara umum, dilarang pemerintah bergaul dekat dengan mahasiswa asing." apa yang membuat penulis mengatakan hal ini ya? apa pemerintah benar-benar mengatur hal ini juga?
BalasHapus