Bangun Pagi, Bangun Keberkahan: Kunci Sukses Dunia dan Akhirat

Oleh: Fatimah Azzahra Ishak*
(Sumber: www.google.com)

Setiap hari, kita selalu dihadapkan dengan pilihan: bangun pagi dengan semangat atau menunda-nunda hingga kesiangan. Dalam Islam, pagi bukan hanya soal awal hari, tetapi juga tentang keberkahan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah ﷺ:

“اللهم بارك لأمتي في بكورها”

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Tapi, seberapa banyak dari kita yang benar-benar memanfaatkan keberkahan ini? Apakah kita bangun untuk shalat Subuh dan menyambut hari dengan produktif, atau justru menekan tombol snooze berulang kali hingga matahari sudah tinggi?

Hari ini, banyak yang berbicara tentang 5 AM Club, gaya hidup miliarder yang memanfaatkan pagi untuk kesuksesan mereka. Namun jauh sebelum itu, Islam telah mengajarkan konsep yang lebih dalam: bahwa pagi bukan hanya soal produktivitas duniawi, tetapi juga soal spiritualitas, keberkahan, dan keseimbangan hidup.

Ketika pagi tidak lagi bernilai

Di era digital ini, banyak orang yang justru lebih aktif di malam hari. Begadang dianggap sebagai tanda kerja keras, sementara bangun siang dianggap sebagai kemewahan. Media sosial dan hiburan yang tiada habisnya membuat kita sulit tidur lebih awal, sehingga pagi bukan lagi waktu yang tenang dan penuh manfaat, melainkan sisa dari malam yang penuh kelelahan.

Kita mungkin sering mendengar kisah para ulama besar yang memanfaatkan waktu pagi dengan maksimal. Imam Syafi’i, misalnya, memulai paginya dengan menulis dan membaca, sedangkan Imam Nawawi mampu menulis puluhan kitab dalam usia yang masih muda berkat kedisiplinannya dalam memanfaatkan waktu pagi.

Di sisi lain, banyak dari kita justru kehilangan momentum ini. Bangun terburu-buru, melewatkan shalat subuh, dan menjalani hari dengan rasa malas dan tidak produktif. Akhirnya, hari berlalu tanpa makna, tanpa keberkahan dan tanpa kemajuan.

Sumber: (www.google.com)

Islam dan konsep pagi yang berkualitas

Dalam Islam, pagi bukan hanya soal bangun lebih awal, tetapi bagaimana kita mengisinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“وجعلنا الليل لباسا، وجعلنا النهار معاشا”

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian (penutup), dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba: 10-11)

Siang adalah waktu untuk beraktivitas, dan malam adalah waktu untuk istirahat. Begadang hingga larut malam tanpa alasan yang jelas, lalu bangun kesiangan hingga kehilangan momentum pagi, bukanlah kebiasaan yang dianjurkan dalam Islam.

Para sahabat Nabi dan ulama terdahulu memahami betul konsep ini. Mereka menjadikan pagi sebagai waktu untuk ibadah, mencari ilmu, dan bekerja. Ibnul Qayyim bahkan berkata bahwa pagi adalah “Cerminan dari bagaimana seseorang akan menjalani harinya.” Jika pagi dimulai dengan baik, maka kemungkinan besar sisa hari juga akan penuh manfaat.


Apa yang kita dapatkan dari pagi yang berkualitas?

Ketika kita benar-benar mengoptimalkan pagi, ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan:

1. Keberkahan dalam rezeki – Rasulullah ﷺ sendiri telah menjamin bahwa pagi adalah waktu yang penuh berkah. Bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam ilmu, kesehatan, dan kehidupan secara keseluruhan.
2. Fisik yang lebih segar – Bangun lebih pagi setelah tidur yang cukup membuat tubuh lebih sehat dan bugar.
3. Waktu lebih tenang untuk ibadah – Pagi adalah waktu terbaik untuk tahajud, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan merenungkan kehidupan.
4. Produktivitas meningkat – Mereka yang terbiasa bangun pagi cenderung memiliki disiplin yang lebih baik, fokus yang lebih tajam, dan perencanaan yang lebih matang untuk menjalani hari.
5. Keseimbangan antara dunia dan akhirat – Pagi bukan hanya soal mengejar dunia, tetapi juga soal membangun hubungan dengan Allah sebelum sibuk dengan urusan duniawi.

Bagaimana memulai pagi yang penuh keberkahan?

Jika ingin mengubah kebiasaan pagi, beberapa langkah sederhana bisa kita coba:

1. Tidur lebih awal – Jika kita ingin bangun pagi dengan segar, tidur lebih awal adalah kunci. Rasulullah ﷺ sendiri menganjurkan untuk tidak begadang tanpa alasan penting.
2. Shalat tahajud dan Subuh tepat waktu – Ini adalah fondasi utama dari pagi yang berkualitas. Memulai hari dengan ibadah membuat hati lebih tenang dan hidup lebih terarah.
3. Jangan langsung pegang HP – Banyak orang kehilangan waktu paginya hanya karena tergoda membuka media sosial setelah bangun tidur. Alih-alih scrolling, lebih baik isi pagi dengan dzikir atau membaca buku
4. Manfaatkan waktu untuk belajar atau bekerja – Pagi adalah waktu di mana otak masih segar. Ini adalah momen terbaik untuk membaca, menulis, atau menyelesaikan tugas-tugas penting.
5. Olahraga ringan – Rasulullah ﷺ juga menganjurkan umatnya untuk menjaga kebugaran. Tidak perlu olahraga berat, cukup berjalan kaki atau peregangan ringan untuk menyegarkan tubuh.

Sumber: (www.google.com)

Kesimpulan: bangun pagi, bangun keberkahan

Bangun pagi bukan hanya tentang produktivitas duniawi, tetapi juga tentang bagaimana kita menata hidup dengan keberkahan. Ketika kita mengisi pagi dengan ibadah, ilmu, dan hal-hal yang bermanfaat, kita bukan hanya memperbaiki kualitas hidup kita, tetapi juga membangun kebiasaan yang membawa kesuksesan di dunia dan akhirat.

Pada akhirnya, pertanyaannya bukan lagi “Apakah kita bisa bangun pagi?”, tetapi “Apakah kita siap menjadikan pagi sebagai waktu yang penuh keberkahan?”. Karena sesungguhnya, siapa yang menguasai paginya, dialah yang menguasai hidupnya.[]

*Penulis merupakan mahasiswi fakultas Ushuluddin, Universitas al-Azhar, Kairo.

Editor: Siti Humaira

Posting Komentar

Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir
To Top