Keputrian KMA Kembali Adakan Training of Trainer Tajhiz Mayyit
![]() |
(Dok.Pribadi) |
Acara ini merupakan agenda rutin tahunan yang dikomandoi langsung oleh Departemen Keputrian. Dipandu oleh moderator Tgk. Rizqa Suraiya, dibuka dengan bacaan ayat suci Al-Quran oleh Tgk. Annisa Fitri Humaira, kemudian dilengkapi dengan kata sambutan oleh ketua Keputrian, Tgk. Intan Maghfirah.
“Tujuan kita ke Mesir adalah untuk belajar, oleh karena itu saya kira acara ToT Tajhiz Mayyit ini sangat penting bagi kita sebagai pelajar. Karena, jika kita lihat di Aceh sekarang banyak di berbagai daerah yang mengurus jenazah. Sebagian besar mereka yang sudah tua dan kita tidak bisa memprediksi umur mereka bakal selama apa. Maka, perlu namanya regenerasi. Siapa mereka? Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melanjutkan jasa mereka?” Ucap Tgk. Intan.
Dilanjutkan kata sambutan oleh ketua acara, Tgk. Azkia Maulida Salsabila. Ia mengutarakan poin yang sama, "Bahwa kehilangan orang yang kita sayangi sudah tentu sangat menyakitkan/ Tapi lebih menyakitkan lagi, jika kita tidak bisa menjadi orang terpenting di detik terakhir orang yang kita cintai itu. Maka dengan adanya ToT Tajhiz Mayyit ini, insya Allah kalian akan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dunia akhirat.” Lanjutnya.
Selintas kemudian, acara pun diisi oleh pemateri kece, Tgk. Zuhra Intan, Lc., Dipl. Pemateri menjelaskan materinya, mulai dari training-nya hingga trainer-nya atau prakteknya. Bagaimana cara mentalkinkan orang yang sedang sakratulmaut, tata cara memandikan jenazah, cara mengafani mayat yang benar, menyolatkannya, hingga menguburkan si mayat. Semua peserta begitu antusias menyimak penjelasannya, bahkan mendapati ilmu baru yang belum mereka ketahui sebelumnya, atau sedikit berbeda dengan apa yang dipelajari di kampung masing-masing. Misalnya, siapa saja yang berhak memandikan si mayat jika ia laki-laki atau perempuan. Pengertian tentang air sembilan, bukanlah tentang sembilan jenis air, melainkan sembilan kali air yang disiram terhadap si mayat. Apa yang harus dilakukan jika si mayat menggunakan behel atau gigi emas, dan banyak lagi hal-hal baru yang mereka temukan pada kegiatan ini.
“Ketika mengurus jenazah seseorang, kita sebagai muslim jangan sibuk memandang dosa-dosa yang telah dilakukan semasa hidupnya. Sepatutnya, kita tetap fokus dengan kewajiban yang harus kita tunaikan kepada si mayat. Begitupun setiap ilmu yang sudah kita pelajari, sebarkan juga ke orang lain, agar mereka tahu. Sehingga ketika kita meninggal dunia, orang-orang akan memperlakukan kita dengan baik. Karena setiap hal baik, balasannya juga baik.” Ujar Tgk. Zuhra.
Acara pun ditutup dengan pembacaan doa oleh Tgk. Putri Alya Sabina, serta diakhiri dengan sajian mie caluk khas Aceh, ie jaroe putoe KMA.
Reporter: Zarvia Li’aunillah
Editor: Siti Humaira
Posting Komentar